Minggu, 18 November 2012

BEBERAPA METODE KLASIFIKASI IKLIM

Hujan merupakan unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik menurut waktu maupun tempat dan hujan juga merupakan faktor penentu serta faktor pembatas bagi kegiatan pertanian secara umum. Oleh karena itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia (Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria utama.

Minggu, 04 November 2012

PENENTUAN KLASIFIKASI IKLIM SCHMIDT FERGUSON DI KALIMANTAN SELATAN




Klasifikasi adalah suatu proses dasar bagi semua ilmu pengetahuan dengan pengelompokan dalam grup, kelas ataupun tipe. Hal ini juga berlaku pada ilmu iklim. Bentuk-bentuk klasifikasi iklim antara lain adalah sistem klasifikasi Koppen, sistem klasifikasi Thornwaite, sistem klasifikasi Mohr, sistem klasifikasi Schmidt-Ferguson, sistem klasifikasi Oldeman dan lain-lain.

Sabtu, 03 November 2012

ANALISA KEKERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SPI (STANDARDIZED PRECIPITATION INDEX)

Kekeringan adalah suatu kondisi yang ditandai dengan rendahnya ketersediaan air yang jauh di bawah kebutuhan air untuk kehidupan, pertanian, kegiatan ekonomi dan lingkungan. Kekeringan merupakan kondisi penyimpangan yang bersifat sementara, berbeda dengan musim kemarau. 

Proses terjadinya kekeringan diawali dengan berkurangnya jumlah curah hujan dibawah normal dalam satu musim, kejadian ini adalah kekeringan meteorologis yang merupakan tanda awal terjadinya kekeringan. Tahapan selanjutnya adalah berkurangnya kondisi air tanah yang menyebabkan stress pada tanaman (terjadinya kekeringan pertanian), tahapan selanjutnya terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah yang ditandai menurunnya tinggi muka air sungai ataupun danau (terjadinya kekeringan hidrologis).



Standardized Precipitation Index (SPI) adalah indeks yang digunakan untuk menentukan penyimpangan curah hujan terhadap normalnya, dalam suatu periode yang panjang (bulanan, dua bulanan, tiga bulanan, dan seterusnya). Nilai SPI dihitung menggunakan metode statistik probalistik distribusi gamma. Berdasarkan nilai SPI ditentukan tingkat kekeringan dan kebasahan dengan katagori sebagai berikut :

Selasa, 28 Agustus 2012

BADAN METEOROLOGI SE ASIA TENGGARA DAN PASIFIK BARAT DAYA


Indonesia pada saat ini adalah merupakan pimpinan dari RA V. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) ibu Dr. Ir. Sri Woro B. Harijono, M.Sc adalah merupakan Presiden Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) untuk wilayah Asia dan kawasan Pasifik Barat Daya periode 2010-2014 (Presiden RA-V). Pemilihan dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2010, di sela-sela pertemuan 15th Session of WMO Regional Association V (RA-V), di Bali tanggal 30 April s/d 6 Mei 2010.

Selasa, 31 Juli 2012

MENGHITUNG EVAPOTRANSPIRASI DENGAN LYSIMETER DRAINASE SEDERHANA

PENGERTIAN

Laju evapotranspirasi dapat diestimasi dengan beberapa pendekatan/ metode atau dapat diukur secara langsung. Pengukuran evapotranspirasi diukur secara langsung dengan Lysimeter. Unsur yang diamati adalah besarnya penguapan yang berlangsung pada sebidang tanah yang bervegetasi.

Pengukuran evapotranspirasi / evapotranspirasi potensial pada sebidang tanah yang bervegetasi adalah dengan mempergunakan alat yang disebut evapotranspirometer atau disebut juga Lysimeter. Alat ini berupa sebuah bejana yang cukup besar diisi tanah dan ditanami. Lysimeter adalah alat untuk mengukur evapotranspirasi sebidang tanah bervegetasi secara langsung.



Gambar 1. Contoh lysimeter sederhana

Kamis, 07 Juni 2012

TAWARAN SOLUSI ISLAM TERHADAP GLOBAL WARMING

Pengertian Pemanasan global

Pemanasan global / Global warming adalah kejadian meningkatnya temperatur rata- rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Temperatur rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat sekitar 0,18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca."


Gambar 1. Fakta kenaikan suhu secara global

Kamis, 31 Mei 2012

PENGERTIAN PALEOKLIMATOLOGI

Paleoklimatologi adalah studi tentang perubahan iklim yang diambil pada skala dari seluruh sejarah bumi. Menggunakan berbagai ilmu bumi dan alam sebagai prokurator untuk memperoleh data yang sebelumnya tersimpan di dalamnya (misalnya : batuan, sedimen, lapisan es, lingkaran pohon, batu karang, kerang dan fosil mikro. Kemudian menggunakan catatan ini untuk menentukan kondisi masa lalu iklim bumi berbagai daerah dan sistem atmosfernya.

Paleoklimatologi memiliki implikasi yang luas terhadap perubahan iklim sekarang. Para ilmuwan sering mengkaji perubahan lingkungan di masa lalu dan keanekaragaman hayatinya untuk merefleksikan situasi di masa kini dan secara khusus dampak iklim terhadap kepunahan massal dan pemulihan biota.

Para ahli paleoklimatologi menggunakan berbagai macam keahlian untuk sampai pada teori dan kesimpulan mereka.
  • Glasier dan kubah es banyak digunakan sebagai sumber data dalam paleoklimatologi. Es pada glasier mengeras dalam pola yang dapat diidentifikasikan, dimana setiap tahunnya meninggalkan suatu lapisan penciri pada inti es.
  • Dendrokronologi merupakan ilmu mengenai penentuan umur kayu dan fosil-fosil kayu berdasarkan lingkaran tumbuhnya.
  • Lapisan sedimen telah diteliti, terutama yang berada pada dasar danau dan lautan. Karakteristik dari tumbuhan, binatang, dan serbuk sari yang terawetkan, serta perbandingan isotop memberikan informasi.
  • Lapisan batuan sedimen memberikan pandangan yang lebih padat mengenai iklim, dikarenakan lapisan batuan sedimen berumur ratusan ribu sampai jutaan tahun. Para ilmuan bisa mendapatkan pegangan mengenai iklim jangka panjang dengan mempelajari batuan sedimen yang dapat berumur sampai dengan milliaran tahun.. Pembagian sejarah bumi menjadi beberapa periode terpisah umumnya berdasarkan perubahan yang terlihat pada lapisan batuan sedimen yang membatasi perubahan kondisi utama. Sering kali hal ini termasuk perubahan utama pada iklim



Selasa, 29 Mei 2012

ZONA MUSIM YANG BARU DI KALIMANTAN SELATAN

Zona musim (ZOM) adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara musim kemarau dan musim hujan. Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tak memiliki perbedaan yang jelas antara musim kemarau dan hujan disebut Non ZOM. Luas suatu wilayah ZOM tak sama dengan luas suatu wilayah administrasi pemerintahan.


Menurut Standar Normal yang baru (1981-2010) dengan proses clustering maka Kalimantan Selatan mempunyai 10 Zona Musim (ZOM) dan 1 daerah Non ZOM. Daerah Non ZOM ini didapatkan dari sebagian daerah Zona Musim 173 dan 174 yang dulu.

Sabtu, 11 Februari 2012

PENGAMATAN CURAH HUJAN DENGAN PENAKAR HUJAN OBSERVATORIUM

A. PENGERTIAN

Pos pengamatan hujan biasa adalah tempat atau lokasi pengamatan hujan yang terdiri dari penakar hujan tipe observatorium (Obs) untuk mengukur jumlah curah hujan selama 24 jam di suatu tempat yang dilakukan dengan cara mengukur langsung pada gelas ukur.
Penakar hujan tipe observatorium adalah penakar hujan tipe kolektor yang menggunakan gelas ukur untuk mengukur air hujan. Penakar hujan ini adalah merupakan penakar hujan yang paling banyak digunakan di Indonesia dan merupakan "standar" di negara kita.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Penakar hujan observatorium mempunyai kelebihan berupa : mudah dipasangnya, mudah dioperasikannya karena langsung terukur pada gelas ukur dan pemeliharaannya juga relatif mudah karena tak ada bagian-bagian tambahan pada alat. Akan tetapi kekurangannya adalah data yang didapat hanyalah data jumlah curah hujan selama periode 24 jam. Resiko kerusakan gelas ukur dan resiko kesalahan pembacaan dapat terjadi saat membaca permukaan dari tinggi air di gelas ukur, sehingga hasilnya dapat berbeda.

C. BAGIAN-BAGIAN PENAKAR

Bagian dari penakar hujan Observatorium:
Keterangan gambar :
1. Corong penakar (luas 100 cm2)
2. Tempat penampungan air hujan
3. Kran air
4. Kaki kayu yang disanggahkan ke dalam penakar
5. Pondasi/ kaki kayu
6. Pondasi beton