Tampilkan postingan dengan label urban klimatologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label urban klimatologi. Tampilkan semua postingan

Minggu, 29 Mei 2022

FENOMENA URBAN HEAT ISLANDS (UHI), ANALISIS DAN MITIGASINYA

 
Gambar 1. Profil dan ilustrasi Urban Heat Island (UHI)

Pengertian UHI

Urban Heat Islands (UHI) adalah kondisi daerah kota atau metropolitan yang secara signifikan lebih panas dibandingkan dengan daerah pedesaan di sekitarnya. UHI dicirikan dengan "pulau" udara permukaan panas yang terpusat di area urban dan semakin turun temperaturnya di daerah sekelilingnya pada daerah sub urban/rural (Gambar 1).  UHI terjadi karena peningkatan suhu udara perkotaan (urban) dibandingkan di wilayah sub urban dan rural/ pedesaan (Effendy dan Santosa, 2008). 

Selasa, 07 Agustus 2018

PERANAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) BAGI IKLIM MIKRO DI BANJARBARU

Pemerintah Kota Banjarbaru sedang menggiatkan pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH), ruang terbuka yang didominasi tanaman dan tumbuhan. Pembangunan taman dipenuhi vegetasi asri beserta fasilitas bersantai maupun berolahraga, jalur hijau, kebun ataupun pelestarian hutan kota. RTH berguna sebagai daya tarik kunjungan pariwisata, tempat keluarga berlibur, menciptakan kenyamanan dan memperindah estetika yang asri menuju kota berkarakter.  Berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan jumlah RTH di setiap kota minimal 30 persen dari luas kota. Maka pemerintah Banjarbaru menggalakkan pembangunan RTH, salah satunya pembangunan RTH Taman Syariah di depan masjid Al Munawwarah dan  akan membangun  di kelurahan Komet Jalan Panglima Batur. Dari segi sosial, keuntungan ruang terbuka hijau telah banyak diketahui masyarakat, tetapi sedikit yang tahu kegunaan dari segi fisik di antaranya iklim mikro. 

Gambar 1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) Masjid Al Munawwarah Trikora 

Senin, 06 Februari 2017

BANJARBARU MENUJU KOTA HIJAU (MEMBANGUN DENGAN PENDEKATAN KLIMATOLOGI PERKOTAAN)

Oleh : Khairullah
Mahasiswa Pasca Sarjana Klimatologi Terapan IPB asal Kalimantan Selatan

Tahun kemarin Banjarbaru mendapatkan penghargaan Adipura Kirana, penghargaan yang dititikberatkan kota yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan, wisata dan investasi berbasis pengelolaan lingkungan hidup. Langkah yang maju bagi Banjarbaru menuju kota yang bersih, hijau dan sehat, tentu banyak tantangan yang dihadapi. Membangun suatu kota tidak hanya membangun sumber daya manusia saja tetapi perlu membangun fisiknya. Pembangunan fisik penting karena kota terdapat pemusatan penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya dan administrasi pemerintahan.
Gambar 1. Peta Banjarbaru
Di dalam konsep Klimatologi Perkotaan (Urban Klimatologi), permasalahan di kota karena pembangunan sangat besar akan membawa perubahan di permukaan bumi. Persoalan sumber daya air, pencemaran yang berdampak pada kesehatan, kebisingan yang tinggi, menurunnya kenyamanan termal dan perubahan iklim di kota. Ada suatu fenomena “pulau panas perkotaan” atau UHI (Urban Heat Island), sebutan kecenderungan suatu kota temperaturnya lebih panas dibanding daerah pinggiran di sekitarnya, dengan perbedaan temperatur pada malam hari lebih tinggi daripada siang hari. Pembangunan di kota membuat vegetasi alami digantikan permukaan vegetasi yang sulit untuk berevaporasi dan bertranspirasi misalnya logam, aspal dan beton. Banyak gedung di kota besar dibangun dengan material yang menyerap panas dan menyimpan panas, menyebabkan aliran angin tidak lancar cenderung menghalangi aliran angin. Seharusnya panas yang tersimpan dapat menghilang secara alami saat malam hari tetapi gedung menghalanginya, menyebabkan kontrasnya radiasi permukaan dan suhu perkotaan antara kota dan pinggiran di sekitarnya. Panas buangan akibat penggunaan energi dan transportasi juga kontributor terbesar. Ketika pusat penduduk berkembang, mereka cenderung mengalih guna lahan lebih luas lagi sehingga mengalami peningkatan suhu permukaan tanah. Peristiwa ini mirip peristiwa global warming secara lokal dan kebanyakan terjadi di kota-kota besar di dunia, tetapi anehnya tidak terjadi di sub urban sekitarnya. Penyebab utama fenomena ini dari dampak aktivitas manusia (antropogenik) dan populasinya yang terus meningkat.