Selasa, 27 Mei 2025

MONITORING KUALITAS UDARA DENGAN PM2.5

Partikulat merupakan salah satu polutan yang dapat menyebabkan penurunan kualitas udara. Partikulat matter 2.5 (PM2.5) adalah partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 2.5 mikron (mikrometer). Berbeda dengan PM10 yang berukuran lebih besar, dengan diameter kurang dari 10 mikron (mikrometer). 

Gambar 1. Ilustrasi ukuran PM2.5

Mengapa Monitoring Kualitas Udara dengan PM2.5?

Pemantauan dan monitoring partikulat PM2.5 sangat penting. Ukuran partikulat PM2.5 sangat kecil di bawah diameter 2.5 mikrometer. Ukuran tersebut memungkinkan partikulat akan tetap bertahan di udara dalam waktu yang lama dan dapat menembus ke dalam saluran pernafasan manusia. Dalam jangka yang panjang PM2.5 dapat menyebabkan dampak yang membahayakan, memasuki saluran pernafasan dan mengganggu kesehatan. Akibat terpaparnya dalam jangka panjang di tubuh manusia, menyebabkan iritasi saluran pernapasan, peningkatan risiko penyakit pernapasan seperti asma dan bronkitis, serta penyakit kardiovaskular. Monitoring PM2.5 di suatu daerah akan memberikan informasi yang penting bagi potensi dampak kesehatan karena polutan secara signifikan. Menurut WHO PM adalah indikator proksi umum untuk polusi udara. Ada bukti kuat untuk dampak kesehatan negatif yang terkait dengan paparan polutan ini. 

Sabtu, 05 April 2025

SUMBER INFORMASI HUJAN (BAGIAN II)



Di bagian pertama telah dijelaskan bahwa informasi curah hujan bisa didapatkan melalui :
1. Pengukuran penakar hujan
2. Observasi radar
3. Satelit
4. Forecast/ simulasi dengan menggunakan model numerik

Fokus ke nomor 3 informasi curah hujan melalui satelit. Sebagai catatan, data curah hujan yang hanya didapatkan melalui satelit mempunyai keunggulan dapat mencakup wilayah global, konsisten, tersedia real-time dan dapat diperoleh pada intensitas yang luas. Tetapi, mempunyai kelemahan datanya relatif lebih bias terutama di daerah yang mempunyai topografi yang kompleks (pegunungan, hutan tropis dan lain-lain). Kelemahan lainnya adalah underestimate terhadap curah hujan yang ekstrem karena sensor satelit tidak mampu menangkapnya. Tetapi juga sebaliknya overestimate hujan yang ringan, karena adanya noise dalam penginderaan jauh. Data hujan melalui pos hujan atau observasi mempunyai keunggulan akurasi yang tinggi yang lebih detil sesuai dengan spesifik daerahnya. Di daerah dengan topografi yang rumit, data observasi bisa lebih akurat karena pengukuran langsung di lapangan dapat menangkap variasi lokal yang tidak terdeteksi oleh satelit.

Minggu, 25 Agustus 2024

PEGUNUNGAN MERATUS : FENOMENA LOKAL YANG MEMPENGARUHI HUJAN DI KALIMANTAN SELATAN DAN MODEL UNTUK MEMAHAMINYA

Gambar 1. Lokasi Pegunungan Meratus (Sadili dan Royani, 2018)

Geografis Kalimantan Selatan dan Kondisi Lokal Hujan

Kalimantan Selatan (disingkat Kalsel) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan. Provinsi ini mempunyai 11 kabupaten dan 2 kota. Secara geografis berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur di utara, Provinsi Kalimantan Tengah di barat, serta Selat Makassar di timur dan Laut Jawa di selatan. Dari 13 kabupaten/kota tersebut, lima kabupaten dan satu kota di antaranya merupakan wilayah yang memiliki pulau-pulau kecil, yakni Kabupaten Barito Kuala, Banjar, Tanah Laut, Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru, serta Kota Banjarmasin.

Menurut https://kalselprov.go.id/ Kalimantan Selatan berada di bagian tenggara pulau Kalimantan, memiliki kawasan dataran rendah di bagian barat dan pantai timur, serta dataran tinggi yang dibentuk oleh Pegunungan Meratus di tengah. Menurut https://www.mongabay.co.id/ geografis utama Kalimantan Selatan terdiri atas 2 hal. Pertama, adanya dataran rendah dan dataran tinggi. Kawasan dataran rendah kebanyakan berupa lahan gambut hingga rawa-rawa sedangkan kawasan dataran tinggi sebagian masih merupakan hutan tropis alami. Kalimantan Selatan menjadi bagian barat dan bagian timur yang dipisahkan oleh dataran tinggi yang dibentuk Pegunungan Meratus di tengah, dengan luas daerahnya 38.744,00 km². Kedua, memiliki curah hujan yang tinggi, khususnya di bagian pesisir. 

Curah hujan di suatu lokasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor lokal, regional dan global termasuk di Kalimantan Selatan. Curah hujan di suatu wilayah secara geografis dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain elevasi atau ketinggian tempat/wilayah, jarak dari sumber air, barisan pegunungan serta luasan daratan dan perairan (secara lokal). Beberapa pengaruh lokal yang dapat mempengaruhi curah hujan di suatu lokasi di antaranya topografi, pola angin lokal, lokasi geografis setempat dan lain-lain. Maka, Pegunungan Meratus merupakan faktor lokal yang penting bagi hujan di Kalimantan Selatan. 

Rabu, 29 November 2023

FAKTOR REGIONAL DAN GLOBAL YANG MEMPENGARUHI CURAH HUJAN DI INDONESIA DAN KALIMANTAN SELATAN

Gambar 1. Faktor regional dan global yang mempengaruhi hujan di Indonesia

Faktor Regional dan Global Hujan di Kalimantan Selatan

Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis, di antara Benua Asia dan Australia, di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis khatulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, dikelilingi oleh luasnya lautan menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap variabilitas iklim. Faktor pengendali variabilitas iklim yakni adanya interaksi antara atmosfer, lautan, dan daratan. Perubahan kondisi parameter laut di Samudra Hindia maupun Samudra Pasifik berpengaruh terhadap kondisi atmosfer di atas Indonesia, termasuk di Kalimantan Selatan yang terletak di tengah Indonesia.

Interaksi daratan dan lautan sangat berpengaruh bagi hujan di Kalimantan Selatan. Lautan memiliki peranan penting terhadap kondisi atmosfer berkaitan dengan sifat fisis air laut yang berupa fluida, mempunyai kapasitas panas yang besar dan albedo yang kecil. Lautan menyimpan energi dari matahari, mentransferkan panas dan kelembapan ke atmosfer.